Skip to main content

Captain Vincent Angkat Bicara Soal Jatuhnya Sriwijaya Air SJ812, Bongkar Fakta Mengenai Umur Pesawat


Captain Vincent Raditya, pilot yang juga merupakan Youtuber terkenal, turut memberikan opini mengenai jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ812.

Sebelumnya diberitakan, pesawat Sriwijaya Air SJ812 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) siang.

Satu yang menjadi sorotan dari peristiwa tersebut adalah mengenai umur pesawatnya yang sudah berusia 26,7 tahun.

Tak sedikit yang menduga, salah satu faktor pesawat itu jatuh adalah umurnya yang sudah tua.

Namun, Captain Vincent menegaskan, umur pesawat tak bisa serta-merta disebut jadi penyebab pesawat itu jatuh atau mengalami kecelakaan.

"Jadi kita tidak bisa memasalahkan berdasarkan dari umur pesawat. Karena untuk terjadinya kecelakaan, bukan umur pesawat yang dilihat, tapi dilihat dari banyak sekali faktor," ujarnya dalam video yang diunggah di channel YouTube-nya, dikutip TribunJabar.id, Minggu (10/1/2021).

"Yang jelas, (untuk penyebab terjadinya kecelakaan tersebut), saya tidak akan mendahului KNKT," lanjutnya.

Lebih lanjut, Captain Vincent menjelaskan, semakin baru umur pesawat, memang semakin efisien.

Tapi, bukan berarti pesawat baru juga tidak akan jatuh.

"Yes, most likely pesawat baru (kecenderungannya) well-maintained (dirawat secara baik). Tapi tidak bisa menjadi satu indikator di mana pesawat ini, "wah pesawat baru nih pasti enggak kenapa-kenapa, atau pesawat bekas pasti ada apa-apa, panas," enggak, enggak juga," katanya.

Captain Vincent mengaku pernah melihat pesawat yang cukup tua, tapi dirawat secara baik (well-maintained).

Selain itu, ia juga pernah melihat pesawat yang baru tapi justru memiliki banyak kerusakan minor.

"Bahkan saya juga melihat pesawat baru yang ada banyak kerusakan ketika kita harus terbang, ada. Saya pernah melihat walaupun bukan sesuatu yang major (kerusakannya), biasanya yang minor. Kalau (kerusakan) major pasti dia grounded dan tidak boleh terbang," ujarnya.

Jadi, kata Captain Vincent, jika ada pertanyaan yang ditujukan kepadanya, apakah dia akan menerbangkan pesawat tua? Jawabannya adalah iya.

Tapi, lanjutnya, dia akan menerbangkan pesawat tua selama pesawat itu dirawat secara baik.

"Saya pernah kok terbang dengan pesawat Airbus yang tahun 1992, saya pernah terbang kok dengan pesawat tua. Yang jelas adalah bagaimana dia di-maintain. Banyak juga pesawat tua yang di-well-maintained, sehingga ketika kita datang ke pesawat itu semuanya working properly," ujarnya.

Captain Vincent mengatakan, pesawat umurnya boleh saja tua, namun seandainya dia dirawat secara baik, saat ada kerusakan pasti akan diperbaiki.

Menurutnya, perawatan pesawat itu bukan hal main-main.

"Pesawat boleh tua, airframe boleh tua, tapi kan (misalnya) namanya avionik begitu rusak dia ganti, namanya mesin begitu ada masalah pasti dia repair. Dan ini bukan main-main ketika pesawat ini harus di-maintain, mereka punya manualnya sendiri. Jadi simpelnya pesawat ini ada rekomendasi kapan dia harus dicek," ujarnya.

Menurut Captain Vincent, pesawat sudah dikatakan tua ketika memasuki 50 ribu jam ke atas.

Namun, katanya, tidak ada limitasi di mana pesawat itu harus berhenti dioperasikan.

"Sampai pesawat-pesawat 1930-1940, kalau memang dia di-maintain dengan baik, masih bisa digunakan," ujarnya.

Hanya saja, lanjut Captain Vincent, yang jadi masalah memang adalah biaya dari memperbaiki pesawat itu sendiri.

Semakin banyak jam terbang dari pesawat tersebut, akan lebih banyak pengecekan yang harus dilakukan.

Semakin banyak pengecekan, tentu saja membutuhkan semakin banyak biaya.

"Cuman yang jadi masalah adalah cost untuk memperbaiki pesawat itu. Semakin lama pesawat itu in-service, semakin banyak jam terbangnya, lebih banyak pengecekan yang harus dilakukan. Bukan saja dari air frame-nya, mesinnya juga sama."

"Jadi, airline itu semakin berpikir, ketika mereka harus replace replace (ganti) sendiri, tiba di satu titik mereka harus keluarkan uang terlalu besar, jadi enggak worth it lagi untuk dipertahankan pesawat ini," ujar Captain Vincent.

Jadi, lanjutnya, ketika sebuah pesawat tidak pantas lagi dipertahankan karena biaya perawatannya semakin tinggi, pilihannya adalah menggantinya dengan pesawat baru.

Pada umumnya, kata Captain Vincent, pesawat itu dinyatakan berhenti dioperasikan ketika biaya perawatannya melebihi dana yang dimiliki maskapai untuk perbaikan pesawatnya.

"Karena airline ini kan membawa penumpang. (Jadi) dihitung lagi dari total operating cost itu apakah masuk nih yang kita jual dengan penumpang itu sendiri dengan cargo itu sendiri, apakah bisa tutup dengan maintenance cost -nya itu," ujarnya.

Tonton selengkapnya penjelasan Captain Vincent dalam video di bawah ini:

youtube image


Sriwijaya Air Hilang Kontak

Diketahui penumpang pesawat Sriwijaya Air yang hilang kontak diduga di sekitar Kepulauan Seribu berjumlah 62 orang.

Sebelumnya diberitakan jumlah penumpang adalah 59 orang.

Distrik Manajer Sriwijaya Air Pontianak, Faisal Rahman mengatakan 62 orang penumpang pesawat PK-CLC Sriwijaya Air sudah termasuk kru yang bertugas.

Hal tersebut diwartakan oleh Iksan Ginajar, dikutip Tribunjabar.id dari tayangan siaran langsung KompasTV, Sabtu (9/1/2021).

Sebelumnya dilaporkan, pesawat Sriwijaya FC hilang kontak dalam penerbangan rute Jakarta-Pontianak, Sabtu (9/1/2021).

Dalam pesawat Sriwijaya Air yang hilang kontak dengan nomor registrasi SJ 182 itu terdapat 62 penumpang (sebelumnya ditulis 56 penumpang).

Saksi mata melaporkan melihat adanya benda jatuh di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Namun belum bisa dikonfirmasi apakah benda jatuh itu adalah dari pesawat Sriwijaya Air.

Dalam program berita Kompas TV Sabtu sore dilaporkan, dugaan lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak adalah di wilayah Pulau Laki.

Pulau tersebut berada di antara Pulau Lancang dan Pulau Tidung.

Pesawat ini hilang kontak pada pukul 14.30 WIB.

Jadwal awal 13, 25 WIB, lalu boarding 13.56 WIB, dan dijadwalkan akan sampai ke Pontianak pada pukul 15.15 WIB.

Pesawat dengan kode penerbangan SJ182 itu terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang (CGK) dengan tujuan Bandara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat (PNK).

Di laman flighradar24.com, tertera informasi pesawat tersebut terjadwal berangkat pada pukul 13.40 WIB dan dijadwalkan tiba pukul 15.15 WIB.

“SJ182 PKCLC, STD 13:25WIB, Stand : D52, Off Block 14:13WIB, Takeoff 14:36WIB. Lost contact, semoga selamat,” begitu informasi yang diterima Wartakotalive, Sabtu (9/1) sekitar pukul 16.50 WIB.

Pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 dilaporkan hilang kontak setelah takeoff dari bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng pada Sabtu (9/1/2021) sore.

Pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut melayani rute Jakarta-Pontianak.

Data dari situs pemantau penerbangan, Flightradar24 menunjukkan pesawat take off pada pukul 14.30 LT.

Penerbangan SJ182 seharusnya tiba pada pukul 15.15 di Bandara Soepadio, Pontianak.

Namun data Flightradar24 menunjukkan B737-500 Sriwijaya Air SJ182 berhenti di sekitar 11 mil laut bandara Soekarno Hatta, di atas Kepulauan Seribu.

Pesawat nampak sempat melewati ketinggian 11.000 kaki, namun tiba-tiba ketinggian dan kecepatan pesawat turun drastis.

Posisi terakhir menunjukkan ketinggian 250 kaki di atas permukaan laut dengan kecepatan 115 knots.

Sumber dalam KompasTekno di Departemen Perhubungan mengonfirmasi bahwa pesawat hilang kontak sesaat setelah take off.

Sebelumnya, pesan broadcast yang beredar di komunitas penerbangan, yang ditujukan kepada Direktur Navigasi penerbangan, juga menyatakan hal yang sama:

Dengan hormat disampaikan laporan awal lost contact pesawat Sriwijaya dg data2 sbb :
Callsign : SJY182

Type : B737-500

Reg: PKCLC

Route : WIII-WIOO

Last contact : 11 Nm north CGK pd pukul 07.40 UTC ketinggian passing 11.000ft on climb to 13.000ft

Demikian informasi awal yg dapat kami sampaikan. Terimakasih

(*)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar