Ini Sosok Pria Tua Yang Bertahan Hidup Sendirian di Kampung Mati di Kuningan, Penyebabnya Begini
Dusun Cimeong, Desa Cilayung, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan, dikenal sebagai kampung mati.
Pasalnya, kampung itu ditinggalkan oleh para penghuninya karena
kampungnya mengalami bencana pergerakan tanah pada 2017.
Namun ada seorang lelaki tua yang keukeuh bertahan tinggal di Kampung
Mati itu, Dia adalah Abah Lurah atau akrab disapa Abah.
Dalam tayangan video YouTube di akun Aziz Nurahman, Abah menceritakan
awal mula kampung itu bisa ditinggalkan warganya.
Pada Desember 2016, kata Abah, terjadi empat kali pergerakan tanah.
Kejadian itu menyebabkan retak-retak tanah dan dinding atau tembok
rumah.
Tepat pada malam 1 Januari 2017, terjadi longsor besar yang menyebabkan
sejumlah rumah ambruk.
Warga pun kemudian diungsikan ke bangunan SD Cilayung yang berjarak
sekitar 2 kilometer di bawah bukit.
Ketika itu kata Abah, sejumlah pejabat daerah seperti Bupati Kuningan
turun ke lapangan, termasuk kepala desa, meminta warga Dusun Cimeong
untuk turun dari kampung.
Abah menceritakan, akhirnya seluruh warga turun dari rumah mereka dan
tinggal di posko SD Cilayung selama 22 hari.
Saat anak sekolah masuk, warga mau kembali ke dusun, namun ternyata
aliran listrik dari PLN sudah diputus.
Abah pun bertanya kepada Kades kenapa aliran listrik PLN diputus.
"Ya biar warga pada turun semua, tidak ada yang tinggal lagi di sana
karena berbahaya. Itu kata kades. Tapi kata Abah, harusnya kan
musyawarah dulu, karena itu hak warga, ya kadesnya diam," kata Abah.
Setelah 22 hari berada di pengungsian, warga dibiarkan bertebaran ke
mana-mana. Yang punya uang, bisa mengontrak di rumah warga yang lain.
Sementara yang tidak punya uang pada tinggal di saung-saung saja
di sawah.
Menurut Abah, yang kena musibah gerakan tanah itu sebanyak 19 rumah. Ia
meminta agar mereka diprioritaskan untuk tinggal di lokasi yang aman.
"Eh tiba-tiba warga semua disurun turun tinggalkan rumah. Ya akhirnya
pada tinggal di mana saja. Tahun 2017 ada pengajuan permohonan untuk
mendapatkan rumah pengganti. Dapat-dapat peresmian rumah dari
bupati, itu 13 Februari 2018 baru mendapat rumah," kata Abah.
Warga Dusun Cimeong menempati rumah baru hasil tukar guling di dusun
baru di Mekarsari dan Kiara.
Abah pun diminta untuk tukar tanah dengan lahan yangbaru. Namun ia
menolak.
"Enggak ah gak tukar tanah. Kedua kalinya diminta tukar guling tanah. Ya
Karena tidak ada payung hukumnya.
Cerita kita yang punya tanah luas, dapatnya segitu. Yang dapat 100 meter
dapat satu bidang, yang 1000 meter juga satu bidang. itu gak diatur.
Jadi bikin iri. Abah pun bertahan di sini, walau sendirian," kata Abah.
Soal makan dan ekonomi untuk sehari-hari. Abah menyerahkan semuanya
kepada Allah SWT.
"Rezeki mah ada yang ngatur. Rezeki gak kemana. Suka ada yang ngasih.
Tapi Abah suka ke kebun juga," katanya.
Abah sendiri masih punya keluarga. Istri dan dua anaknya tinggal di
dusun baru di Mekarsari. Namun karena lahan baru tidak memadai dan Abah
ingin mempertahankan hak rumah dan tanahnya, ia pun bertahan.
Hidup sendiri tentu tak mudah. Apalagi tidak ada aliran listrik, karena
sudah diputus sejak lima tahun lalu.
Untuk penerangan, Abah memakai senter batu baterai. Setiap bulan, ia
menghabiskan tiga batu baterai.
Jejeran batu baterai bekas itu ia simpan di dekat jendela rumah.
Diberitakan sebelumnya, Dusun Cimeong, Desa Cilayung, Kecamatan Ciwaru,
Kuningan mendadak viral akibat disebut sebagai kampung mati. Hal itu
diketahui dari berbagai Channel YouTube yang menceritakan bahwa di
Kuningan juga terdapat kampung mati.
Misalnya, akun Kuningan Boga yang m menyajikan videonya berjudul
Kampung Mati di tengah - tengah pegunungan, selama tiga hari kebelakang
itu ditonton 6 ribuan pengunjung.
Saat ditelusuri, akun YouTube itu dimiliki Dadan, seorang warga
Kecamatan Cidahu.
Saat dihubungi dia menyebut, ketertarikan mengupload Dusun Cimeong
sebagai kampung mati. Sebelumnya mendapat izin dari pemerintah desa
setempat.
"Iya, sebelum ambil video saya pamit ke pemerintah desa untuk
mengeksplore, kok ada juga ya di Kuningan kampung mati," kata Dadan
melalui sambungan selulernya, Rabu (10/2/2021).
Saat ditanya sekitar aktivitas saat mengambil video di kampung mati itu,
Dadang mengaku terkejut dengan kondisi lingkungan sekitar. Kampung itu
hanya menyisakan beberapa bangunan atau rumah milik warga
sebelumnya.
"Awalnya tidak tahu, kampung mati ini akibat apa. Namun setelah dongeng
dengan warga sekitar, kampung ini dulu aktif dan selayaknya warga di
permukiman pada umumnya," katanya.
Menurut adan, beberapa bangunan rumah warga kurang terawat akibat
ditinggalkan beberapa waktu lalu, sehingga memunculkan kesan
angker.
"Ya, yang dirasakan ada bedanya saat berada di kampung mati itu,"
ujarnya.
Dusun Cimeong ini berada di daerah perbukitan. Beberapa bangunan yang
ada di sana separuh tertimbun material longsor.
"Mungkin bisanya kampung mati ini akibat ada bencana alam dan penduduk
di sini melakukan pengungsian," katanya.
Channel YouTube lainnya, Lebakherang TV juga mengunggah video tentang
kampung mati ini dengan judul Menelusuri Kampung Mati Cimeong Kuningan
Jawa Barat. Video itu telah ditonton sebanyak 169 ribu dalam dua pekan
terakhir.
(*)