Sosok Mertua Syekh Ali Jaber Ternyata Tokoh Nasional, Akui Menantu Ilmunya Tinggi dan Dalam Sekali
Sosok mertua Syekh Ali Jaber, Prof Arief Rachman bukan orang sembarangan.
Mertua Syekh Ali Jaber, Prof Arief Rachman ternyata tokoh nasional yang
selama ini konsen di dunia pendidikan.
Meski tokoh besar, Prof Arief Rachman ternyata juga mengagumi sosok sang
menantu, Syekh Ali Jaber.
Dalam wawancara bersama metro tv news, Arief Rachman berdoa agar sang
menantu, Syekh Ali Jaber meninggal dunia dalam keadaan husnul
khotimah.
"Alhamdulillah saya punya mantu seorang ulama besar yang sudah berpulang
ke Rahmatullah. Saya mohon doanya mudah-mudahan Syekh Ali Jaber keadaannya
husnul khotimah, mendapatkan kebahagiaan di alam barzahnya dan dijauhkan
dari siksa kubur tapi mendapatkan nikmat kubur," imbuh Arief Rachman
dilansir TribunnewsBogor.com, Jumat (15/1/2021).
Bercerita lebih lanjut, Arief Rachman juga mengabarkan kondisi istri
Syekh Ali Jaber.
Diakui Arief Rachman, putrinya, Deva Rachman tampak tegar dan tabah kala
mendengar kabar Syekh Ali Jaber wafat.
Kagum pada sosok Syekh Ali Jaber, Prof Arief pun memuji sang menantu.
Baginya, Syekh Ali Jaber adalah sosok yang rendah hati lagi tidak
sombong.
"Syekh Ali Jaber sebagaimana biasanya kalau ulama besar, sangat rendah
hati, tidak sombong. Dia bergaul dengan istri saya, anak saya, seluruh
keluarga besar saya, dengan baik," imbuh Prof Arief.
Tak hanya itu, Prof Arief juga masih ingat dengan panggilan khusus dari
Syekh Ali Jaber untuknya.
Panggilan dari Syekh Ali Jaber itu membuat sang mertua merasa tersentuh.
Diakui Prof Arief, Syekh Ali Jaber memanggil kedua mertuanya dengan
panggilan Ayah dan Ummi.
"Yang paling menyentuh, dia (Syekh Ali Jaber) kalau memanggil istri saya
itu Ummi. Dan kalau memanggil saya itu Ayah. Itu menyentuh sekali.
Sebab, panggilan Ayah dan Umi itu bagi kami adalah suatu panggilan yang
menunjukkan sopan santun dari beliau. Kerendahan hati beliau," ungkap
Prof Arief.
Merasa sangat dihormati, Prof Arief semakin kagum pada Syekh Ali Jaber.
"Meskipun saya tahu, dibandingkan dengan saya, teman-teman, Syekh Ali
Jaber itu ilmunya tinggi sekali dan dalam sekali. Kita benar-benar
kehilangan ilmuwan agama," ujar Prof Arief.
Sosok Prof Arief Rachman
Prof Arief Rachman adalah tokoh pendidikan yang lahir di Malang, 19 Juni
1942 dari pasangan HR Abdoellah Rachman dan R Siti Koersilah.
Prof Arief Rachman menikah dengan Haryati Suwardi dan dikarunia tiga
anak yakni Laila Alia Arief Rachman, Rahadi Arief Rachman dan DEva Arief
Rachman.
Deva Arief Rachman inilah yang menjadi isri Syekh Ali Jaber.
Wanita kelahiran Jakarta, 6 Desember 1976 ini dinikahi Syekh Ali Jaber.
Seperti diketahui, Syekh Ali Jaber menikah pertama dengan Umi Nadia,
perempuan Indonesia asal Lombok, NTB.
Dari pernikahan ini Syekh Ali Jaber memiliki seorang anak bernama
Hasan.
Pada 2017, Syekh Ali Jaber juga menikahi Deva Rachman, putri Prof Arief
Rachman yang juga mantan None Jakarta.
Prof Arief Rachman sendiri selama ini dikenal sebagai tokoh pendidikan
nasional,
Prof Arief Rachman pernah mengajar dan menjadi kepala sekolah SMA
Labschool, Rawamangun, Jakarta.
Selain itu ia juga pernah menjadi dosen luar biasa di Fakultas
Psikologi, Universitas Indonesia dan sekarang diangkat menjadi guru
besar di Universitas Negeri Jakarta
Pada tahun 2000 Arief Rachman sempat aktif sebagai pembawa acara program
agama Islam Hikmah Fajar di RCTI.
Guru besar tersebut sudah tidak mengajar lagi, namun masih aktif di
dunia pendidikan.
Ia dapat dikatakan sebagai salah satu tokoh pendidikan Indonesia, dan
sempat ditanya pendapatnya ketika Presiden Amerika Serikat George Walker
Bush berkunjung ke Indonesia pada tanggal 20 November 2006.
Ia yang dulunya aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII).
saat ini ia menjabat duta UNESCO dari Indonesia dan sebagai Wakil Ketua
Komisi Pencari Fakta kekerasan IPDN yang dibentuk oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan diketuai oleh Ryaas Rasyid.
BIODATA:
Nama : Prof. Dr. H. Arief Rachaman, M.Pd.
Tempat, Tgl. Lahir : Malang, 19 Juni 1942
Pendidikan:
1. Sekolah Dasar, Bogor , 1954.
2. Sekolah Menengah Pertama, Bogor, 1957.
3. Sekolah Menengah Atas, Bogor, 1961.
4. Highland Park High School, N.J, USA, 1960
5. IKIP Jakarta Sarjana, 1970
6. Victoria University, N.Z., 1965.
7. Tavistock House, London, 1975.
8. R.E.L.C, Singapore, 1982
9. Pasca Sarjana IKIP Jakarta (S2) sejak 1984
10. Doktor Pendidikan IKIP Jakarta 1997.
Penghargaan:
1. Dosen Teladan IKIP Jakarta (sekarang UNJ) 1982
2. Pemandu Acara TV Swasta Berbahasa Indonesia Terbaik Tahun 1995
Pengalaman:
Tanggung jawab tugas :
1. Dosen Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri
Jakarta, sejak 1964 – sekarang
2. Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, sejak 2001 –
sekarang
3. Kepala Pengembang Pendidikan Labschool, sejak 2001 – 2006
4. Board Executive UNESCO Paris, sejak 2003 – 2007
5. Kepala SMAN 81 (Sekolah Laboratorium Kependidikan) IKIP Jakarta
(sekarang UNJ), sejak
1985 – 1991
6. Kepala SMA Labschool Universitas Negeri Jakarta sejak tahun 1991 –
2001
7. Dosen luar biasa, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia,
sejak 1979
8. Penatar P4 DKI Jaya, sejak 1982
9. Anggota Tim Penanggulangan Masalah Penyalahgunaan Narkotika dan Zat
Adiktip lainnya,
wilayah DKI Jaya, sejak 1986 – sekarang
10. Penatar Tetap Pembina Generasi Muda pada KANWIL P & K DKI Jaya
sejak 1986 – 1997
11. Ketua Masyarakat Linguistik IKIP Jakarta tahun 1985 – 1990
12. Penatar Dharma Wanita Bidang Pendidikan 1996 – sekarang
13. Penatar Pembina Sumber Daya Manusia (LEMIGAS) 1995 – sekarang
14. Penasehat Perguruan Diponegoro, sejak 2007
(*)